Menu

06. Les commentaires

Jurnalis juga manusia. Kepribadian, sensitivitas, pendidikan, perasaan, dan keyakinan mereka memengaruhi cara mereka memandang fakta, bahkan saat mereka mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjaga jarak mereka dari fakta-fakta tersebut. Cara terbaik bagi jurnalis untuk membuktikan kejujuran intelektual mereka kepada para pembaca adalah memastikan, sebagai pemberi informasi, bahwa mereka tidak mencampuradukkan fakta dengan opini.

HINDARI PENILAIAN TERSEMBUNYI

Bahkan cerita paling faktual sekalipun tidak bebas dari opini yang bercampur fakta. Hanya perlu satu kata benda, kata kerja, atau kata sifat dalam suatu narasi, baik digunakan dengan sengaja maupun tidak terpikirkan sama sekali, untuk menyetir penilaian pembaca ke arah suatu interpretasi tertentu.

Tulisan “Bankir Mat Dolar…” tidak sama dengan tulisan “Spekulan Mat Dolar…”. Mengatakan bahwa Mat Dolar adalah seorang bankir berarti menyatakan fakta objektif. Menyebutnya spekulan berarti membuat penilaian dengan mencampur fakta dengan opini.

Memilih kata yang tepat sangatlah penting.

Selalu pastikan untuk menggunakan kata yang tepat dalam suatu narasi. Kata yang tepat adalah kata tanpa motif tersembunyi.

PISAHKAN ASUMSI PENDAPAT

Setiap jurnalis yang kompeten mengampanyekan kebebasan ekspresi. Mereka menuntutnya dari orang lain, jadi wajar jika mereka harus menjadi yang pertama mempraktikkannya sendiri. Sedangkan pembaca surat kabar, mereka berhak untuk mengharapkan para pengamat profesional yang memberi mereka informasi akan loyal membagikan sudut pandang pribadinya mengenai berita terkini. Komentar merupakan genre jurnalistik natural. Namun, seorang jurnalis yang mempertahankan nilainya bukanlah seorang militan dalam arti politisnya. Hanya ada satu cara untuk menjamin pemberitaan yang jujur: memisahkan pelaporan fakta dari pengungkapan opini. Pisahkan kedua hal itu pada halaman. Secara fisik: tulis dua artikel, satu ditujukan untuk fakta sedangkan yang lain untuk mengomentari fakta tersebut. Secara visual: gunakan fon dan tipografi yang berbeda untuk kedua artikel tersebut. Tegaskan perbedaan dalam tata letak: uraikan fakta terlebih dahulu, diikuti oleh komentar; gunakan judul untuk fakta dan subjudul untuk komentar.

Format komentar sangatlah penting.

Komentar adalah esai tentang narasi fakta. Namun, tidak semua esai mempunyai dampak yang sama. Demikian juga dengan komentar: beberapa komentar bersifat komprehensif, sementara yang lain kritis.

TIGA JENIS KOMENTAR

Dengan bentuk pendeknya, potongan opini lebih baik menggunakan humor ringan atau tajam dalam komentar. Semakin pendek komentar, semakin besar dampaknya: “Pagi itu juga, Mat Dolar mengumumkan kepada karyawannya bahwa mereka harus mengencangkan ikat pinggang. Jadi, mengapa dia tidak menyumbangkan uangnya sendiri…?” 

Dengan format lebih panjang, editorial lebih pas dengan dua format komentar lainnya: menawarkan argumen atau penilaian kepada pembaca.

Editorial analitis merupakan artikel berstruktur tinggi; terasnya menarik sedangkan kalimat akhirnya sangat mengena: “Setelah melakukan lebih banyak pengurangan karyawan demi profit yang lebih besar, Mat Dolar akhirnya menempatkan dirinya dalam bahaya: hanya beberapa hari sebelum disandera, dia tidak mau mendengarkan saran dan malah memberhentikan seluruh tim keamanan yang ditugaskan menjaga keamanannya. Baru saja kemarin, dia mengumumkan keputusannya untuk mengurangi karyawan Bank Harta hingga sepertiganya, yang dianggap tidak dapat dibenarkan oleh sebagian besar pengamat. Karyawannya tidak diragukan lagi diam-diam merayakan penculikannya: cepat atau lambat hal itu pasti akan terjadi!” 

Editorial emosional mengizinkan perasaan untuk ditampakkan. Editorial ini lebih bersifat asertif daripada argumentatif: “Apa artinya beberapa juta bagi Mat Dolar? Pikirkan staf yang dia berhentikan!” 

PENULIS DAN SURAT KABAR BISA DIMINTAI PERTANGGUNGJAWABAN ATAS EDITORIAL

Editorial selalu mencantumkan penulisnya di atas atau bawah untuk memastikan transparansi dan penghargaan kepada para pembaca. Tanggung jawab langsung atas konten ada pada penulis, tetapi direktur surat kabar yang bertanggung jawab atas publikasinya juga secara tidak langsung ikut bertanggung jawab.

Jika dua editor dalam suatu ruang redaksi memiliki perbedaan opini yang tidak dapat direkonsiliasi saat penulisan komentar, hal itu tidak menghalangi surat kabar dari mempublikasikan dua editorial secara paralel yang mendukung dua sudut pandang berbeda itu. Hal ini akan diapresiasi oleh pembaca.

Editorial anonim selalu mengungkapkan posisi surat kabar yang mempublikasikannya, sehingga tanggung jawab ada pada direktur.