PERTANYAAN PERTAMA: APA YANG INGIN SAYA CERITAKAN?
Anda dapat menulis dengan baik hanya jika Anda memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang ingin Anda tulis. Apa pun genre yang Anda gunakan untuk mengungkapkan apa yang ingin Anda tulis, Anda harus tetap berpegang pada esensinya, yaitu pesan inti yang Anda tekankan untuk menciptakan efek maksimal di baris pertama tulisan Anda.
Misalnya, sebuah laporan menyebutkan: “Kehidupan di sudut kecil surga kita telah menjadi mimpi buruk,” keluh Marina Samudrawati, ketua asosiasi penduduk pulau yang tidak puas, sembari melihat ke arah pelabuhan Murai. Di tempat inilah, tiga bulan lalu, Mat Dolar memperkenalkan dirinya untuk pertama kalinya. Trauma oleh pengalaman penyanderaan yang dideritanya di Jalan Uang, dia memutuskan untuk tidak akan pernah lagi mempertaruhkan keselamatannya. Dan mulailah pekerjaan di kantor pusat banknya yang baru, yang akan dipindahkan ke Murai secepatnya. Bankir terkenal itu belum mengetahuinya, tetapi penduduk pulau berencana mengajukan banding atas proyeknya…
Lalu, jelaskan, seiring perkembangan cerita Anda, konsekuensi yang mungkin timbul dari bentrokan ini.
DUA PERTANYAAN MENDASAR:
SIAPA DIRI SAYA HINGGA BERANI MEMBERITAKANNYA DAN BAGAIMANA SEBAIKNYA SAYA MENCERITAKANNYA?
- Jurnalis menulis untuk pembaca yang sudah dikenal. Ia menulis untuk melayanipembacanya. Tetapi, tidak semua surat kabar memiliki pembaca yang sama. Jurnalis profesional menyesuaikan apa yang ditulisnya dengan kebutuhan pembaca. Jika ia menulis untuk pembaca berusia muda, misalnya, ia berperan sebagai guru. Jika ia menulis untuk pembaca yang berpengetahuan luas, ia berperan sebagai pakar. Jurnalis tidak menulis untuk dirinya sendiri, tetapi untuk orang lain. Meskipun ia menyesuaikan tulisannya dengan kebutuhan para pembacanya secara umum, ia tetap ingat bahwa ia menulis untuk para pembacanya itu secara terpisah, sendiri-sendiri. Ia menulis dengan sederhana, dengan tulisan yang dapat dimengerti semua orang, dengan menggunakan kalimat pendek dan kata-kata yang tepat, tetapi menghindari kalimat yang berbunga-bunga. Tulisannya mengalir dengan cepat. Temponya mencerminkan kekinian, kesegeraan berita. Kesederhanaan adalah kekuatannya. Ia memberikan banyak informasi hanya dengan beberapa kata: “Pakaiannya robek. Asap mengepul dari sepatu kulitnya. Dia melangkah menjauh. Dengan lutut gemetar, dia meninggalkan gedung, tidak pernah kembali lagi. Mat Dolar, tak percaya dengan ledakan gedung barunya yang memiliki keamanan tingkat tinggi, meninggalkan pulau Murai untuk selamanya… ”.
INI KUNCINYA: BERSENANG-SENANGLAH DENGAN TULISAN ANDA.
Penulisan jurnalistik memiliki konvensi, tetapi jauh dari stereotip. Ia mencerminkan kehidupan, dalam semua coraknya. Para pemula yang meyakini bahwa mereka perlu meniru tulisan jurnalis veteran itu keliru. Penulisan jurnalistik, untungnya, tidak memiliki format. Beruntunglah para pembaca! Jika ia memiliki format, konten editorial akan terlihat sangat mirip sehingga pembaca akan bosan dengan surat kabar. Seorang jurnalis perlu menemukan gayanya sendiri, menegaskannya, dan menjadikan tulisannya unik. Para jurnalis itu bisa sampai di sini dengan menikmati proses menulis setiap hari. Ini menyangkut bagaimana Anda menghasilkan tulisan Anda sendiri, menemukan cara untuk melaporkan gambar, suara, dan aroma yang unik bagi diri Anda. Jurnalis belajar menulis sepanjang waktu, dengan bermain dengan makna kiasan, untuk memberi ritme dan kehidupan pada ide, kata-kata, dan gambar yang dirangkainya.
BERMAIN-MAIN DENGAN MAKNA.
- Menemukan analogi yang tepat.Biarkan imajinasi Anda terbang bebas menemukan perbandingan yang tepat. Tidak ada yang bisa mengalahkan gambar dalam hal memperindah tulisan Anda. Di pulau Murai, gedung Mat Dolar yang memiliki keamanan tingkat tinggi itu meledak? Seperti apa pemandangannya; apakah bebatuan berserakan di atas tanah? Gambar itu cepat, seketika: “Di tengah ladang yang penuh bunga ini, karya Mat Dolar telah menciut menjadi puing-puing…”.
- Personifikasikan ide-ide abstrak.Misalnya, “Keadilan mengejar Kejahatan” di bawah tatapan nyalang “kaum Republik yang naik pitam…”! Namun, berhati-hatilah! Meskipun alegori adalah teknik penulisan yang populer, jangan menggunakannya secara berlebihan; alegori adalah lawan dari kesederhanaan.
- Ciptakan tipe orang baru.Ubah kata benda nama diri menjadi kata benda umum: “Mulai sekarang, orang akan menyebut bankir yang terpojok sebagai ‘Dolar’ …”
- Gunakan eufemisme.Sedikit berkata-kata untuk menyiratkan lebih banyak makna: “Mat Dolar tidak akan menutupi apa pun dalam waktu dekat…”.
- Gunakan ironi. Misalnya, dengan mengungkapkan suatu gagasan dengan mengatakan kebalikannya.
BERMAINLAH DENGAN PENEMPATAN KATA.
- Kumpulkan kata-katanya.Bangun secara bertahap: “Selamat tinggal uang kertas, logam mulia, harta benda, keajaiban! …” Dengan itu, Anda menciptakan kegelisahan dalam tulisan Anda.
- Gunakan efek empati.Berikan ritme pada tulisan Anda dengan mengulangi kata terakhir dari satu kalimat di awal kalimat berikutnya: “Mat Dolar sedang menaiki tangga. Tangga itu curam…”. Atau ulangi kata yang sama di awal dan tengah kalimat yang sama: “Mat Dolar sedang menaiki tangga, Mat Dolar terburu-buru…”. Proses ini juga membantu pengembangan artikel: “Ketika Mat Dolar terburu-buru, ketika tangga itu curam, ketika dia tersandung…”, dan lain-lain.
- Hiasi tulisan Anda dengan “efek cermin”.Misalnya, buatlah kedekatan Anda sebagai pembuka: “Pakaiannya koyak… Pakaiannya diempaskan…”. Atau tahanlah untuk semakin menekankan kedekatan Anda: “ Kemarin, setelannya yan rapi melambangkan kesuksesannya. Kini, pakaiannya yang koyak, robek, penuh asap, dan berlumuran kotoran melambangkan kejatuhannya dari segala keelokan… ”.
- Berikan kejutan kepada pembaca Anda dengan keluar dari kebiasaan. Potong-potonglah struktur kalimat Anda: “Gedung yang dibangun oleh Mat Dolar, meskipun lebih kuat, tetap tidak akan bertahan …”
BERMAINLAH DENGAN MUSIKALITAS KATA-KATA.
- Bangunlah harmoni musikal.Buatlah kalimat berima ketika konteksnya memungkinkan untuk sedikit menunjukkan kefasihan bahasa: “Pulau itu, yang begitu indah, memenangkan perlawanan atas satu orang yang pongah…”
- Tambahkan sedikit puisi pada prosa Anda.Coba gunakan aliterasi, dengan mengulangi bunyi awal yang sama, atau asonansi, dengan mengulangi bunyi vokal yang sama.
- Jangan khawatir jika Anda menggunakan sedikit bahasa pasaran.Tambahkan idiom dan bahasa sehari-hari ke dalam artikel Anda tentang kehidupan sehari-hari: “Baiklah!” “Sampai jumpa lagi!”